Rabu, 13 Juni 2012

Model dan Organisasi Kurikulum

A. Model – model Konsep Kurikulum
Model konsep kurilkulum yaitu suatu model kurikulum apa yang tertentu yang dilahirkan dari suatu paham filsafat, psikologis, sosiologi (termasuk didalamnya system politik), serta IPTEK tertentu. Dimana berbedaan pandangan atas hakikat kehidupan dan manusia yang baik serta bagaimana memwujudkannya akan melahirkan model pendidikan atau kurikulum yang berbeda pula.
Setidaknya dikenal empat model konsep kuriukulum yaitu model kurikulum subjek akademik model kurikulum pribadi, model kurikulum rekontruksi sosial, dan model kurikulum teknologi. Secara garis besarnya karakteristik dari masing – masing model kurikulum tersebut diuraikan di bawah ini.
a. Kurikulum subjek akademik
Adalah model kurikulum yang bertujuan untuk mewariskan nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang sudah dikembangkan oleh para ahli dimasa lampau kepada generasi muda masa kini. Oleh karena itu model pembelajaran dalam kurikulum ini adalah apa-apa yang terdapat dalam buku-buku tua besar termasuk di dalamnya kitab – kitab suci. Peserta didik diharapkan dapat menguasai isi buku –buku atau kitab-kitab itu.
b. Kurikulum pribadi
Adalah model konsep yang didesain dikembangkan untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara optimal. Materi ajar tidak terpaku pada suatu bidang studi tertentu, akan tetapi disesuaikan dengan minat dan bakat peserta didik. Peserta didik diberi keleluasaan untuk mempelajari segala sesuatunya, sedang guru bertugas memberikan layanan yang baik atas kebutuhan peserta didik.
c. Kurikulum rekonstruksi sosial
Adalah model kurikulum yang menekankan pentingnya pengembangan individu sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses dan upaya memperbaiki situasi dan kondisi dimana individu tersebut berarti. Isi pendidikan diupayakan seoptimal mungkin dikaitkan dengan keadaan dan kebuthan masyarakat. Sehingga siswa bisa mengenal keadaan masyarakat dan berkontrubusi terahadap masyarakat. Untuk itu, siswa mendapat penekanan pada upaya pemecahan masalah kehidupan masyarakat. Namun ini tidak berarti mengabaikan materi ajar yang ada dalam bidang studi (subjek akademik), hanya saja materi yang ada dalam bidang studi itu diberikan atau dipelajari siswa bukan untuk menguasai konsep dari lapangan studi tersebut semata – mata, akan tetapi digunakan untuk perbaikan atau pemecahan sosial yang ada.
d. Model Teknologis
Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan pada kerangka berfikir teknologis yang berbasis pada ilmu pengetahuan ilmiah. Kurikulum teknologis memiliki sifat hampir sama dengan kurikulum subjek akademik yaitu mentransfer, akan tetai dalam kurikulum teknologis yang ditransfer ini adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yangharus dikuasai siswa untuk melakukan suatu bidang kegiatan tertentu, bukannya nilai-nilai yang dianggap baik pada masa lampau. Tujuan dari kurikulum ini adalah untuk membentuk kemampuan teknis atau kemampuan kerja (vocational / kompetensi) tertentu. Pembelajaran berorientasi tujuan dengan indicator-indikator keercapaian yang dirumuskan dengan sangat jelas.

B. Model – model Pengembangan Kurikulum
a. Model Ralph Tyler
Model ini mengacu pada empat dasar yang harus dijawab, dimana pertanyaan tersebut merupakan pilar – pilar bangunan kurikulum. Proses pengembangan kurikulum dan pembelajaran pada dasarnya adalah proses menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut danjawaban itu merupakan hasil berupa kurikulum.
a) Menetukan Tujuan
Penetapan tujuan adalah langkah pertama. Dalam tujuan ini harus menggambarkan arah pendidikan yang akan dituju, jenis kemampuan apa yang harus dimiliki siswa setelah proses pendidikan.
Rumusan tujuan kurikulum ini sangat tergantung pada teori dan filsafat pendidikan yang dianut oleh pengembangnya, berdasarkan berbagai masukan. Dalam pandangan Tyler ada tiga klasifikasi karakteristik tujuan kurikulum yaitu tujuan kurikulum yang menekankan pada penguasaan konsep dan teori ilmu pengetahuan (discipline oriented). Tujuan kurikulum yang menekankan pada pengembangan pribadi atau model humanistic (child centered). Tujuan kurikulum yang menekankan pada upaya perbaikan kehidupan masyarakat (society centered).
Dengan merujuk pada tujuan kurikulum di atas, maka sumber – sumber yang dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan kurikulum, menurut Tyler, yaitu pandangan dan pertimbangan para ahli disiplin ilmu, individu anak (sebagai siswa), dan kehidupan sosial kontenporer. Dalam praktik, pemisahan tegas seperti kelas di atas tidak ada. Ketiga hal tersebut menyatu meskipun mungkin ada salah satu karakter yang lebih dominan.

b) Menentukan pengalaman belajar
Pengalaman belajar yaitu aktivitas siswa dalam beriteraksi dengan lingkungan, dan bagaimana siswa mereaksi terhadap lingkungan. Pengalaman belajar tidak identik dengan isi pelajaran, namun secara inhern dalam pengalaman belajar ini sudah mencakup bahan pelajaran apa yang harus dipelajari siswa.
Ada beberapa prinsip yangharus dipegang dalam menetukan pengalaman belajar ini, yaitu:
1) harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
2) setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa (senang dalam melakukannya dan sesuai dengan perkembangan siswa)
3) setiap rancangan pengalaman belajar sebaiknya melibatkan siswa
4) satu pengalaman belajar bisa mencapai lebih dari satu tujuan


c) Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar bisa dibuat dalam bentuk mata pelajaran atau berupa program. Sedangkan jenis pengorganisasian pengalaman belajar bisa secara vertical atau secara horizontal. Secara vertical artinya, satu jenis pengalaman belajar dilakukan dalam berbagai tingkat kelas berbeda. Dengan maksud untuk mengulang-ngulang jenis pengalaman belajar tersebut. Sedangkan secara horizontal yaitu menghubungkan pengalaman belajar dalam satu bdaing kajian (mata pelajaran) dengan pengalaman belajar bidang kajian lain yang masih dalam satu tingkat (kelas).
Tyler mengajukan tiga prinsip untuk mengorganisasi pengalaman belajar agar efektif yaitu; kesinambungan (countiuty), urutan isi (sequence), integrasi (integration).
Kesnambungan berarti adanya pengulangan yang terus menerus jenis pengalaman untuk membentuk kemampuan yang ingin dibentuk pada siswa. Contoh salah satu IPS adalah membentuk kemampuan membaca materi IPS merupakan tujuan yang dipandang sangat penting, maka pengalaman belajar untuk membentuk kemampuan ini harus diulang dengan cara yang sama. Kesinambungan merupakan factor penting dalam organisasi secara vertical.
Urutan isi, diorganisasi sehingga adanya penambahan kedalaman dan keluasan bahan dengan disesuaikan dengan tingkat kemampuan/perkembangan siswa. Juga adanya urutan dari yang mudah menuju sulit, dari sederhana menuju yang kompleks.
Integrasi, yaitu pokok bahasan dalam atu mata pelajaran satu dikaikat dengan mata pelajaran lainnya sehingga adanya pemahaman yang terintegrasi (holistic). Misalnya dalam pengalaman belajar dalam bidang matematika bisa dikaitkan dan membantu dalam mata pelajran ekonomi.

d) Menentukan evaluasi
Fungsi evaluasi ini kita akan melihat tingkat ketercapaian siswa dalam menguasai pelajaran / perubahan tingkah laku (fungsi sumatif), dan untuk melihat sejauh mana efektifitas proses pendidikan untuk mencapai tujuan (fungsi formatif).

b. Model Zais
Dalam model ini menekankan dari mana insiatif bermula, siapa personil terlibat, bagaimana kedudukan personil serta keputusan apa yang diambil oleh personal tersebut. Berdasarkan pada pemikiran tersebut, dengan merujuk pada pembagian model pengembangan kurikulum dari Stanley, Smith, dan Shores, Zais menjelaskan tiga model pengembangan kurikulum yaitu model administrative, model akar rumput (grass root) dan model demonstrasi.
1) Model Administratif
Dalam model ini atau disebut dengan top down model, inisiatif pengembangan kurikulum datang dari pihak pejabat (administrator) pendidikan. Begitu pula dalam kegiatan penunjukan orang – orang yang terlibat didalamnya beserta tugas-tugas dalam pengembangan kurikulum ditentukan oleh administrator. Dengan menggunakan garis komando selanjutnya hasil pengembangan kurikulum disebarluaskan untuk diterapkan di sekolah-sekolah. Karena model ini menggunakan garis komando dalam kegiatannya, maka model ini disebut pula dengan istilah line staff model.
Prosedur kerja model ini yaitu:
a) Membentuk tim/panitia pengarah (steering committee). Anggota dari tim ini ditentukan oleh pejabat pendidikan yang berwenang. Tugas dari tim pengarah ini yaitu merumuskan konsep dasar kurikulum, menetapkan garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah, serta menetapkan tujuan umum pendidikan.
b) Membentuk tim/panitia kerja (work committee) untuk menjabarkan kebijakan umum yangtelah disusun oleh panitia pengarah, yaitu merumuskan tujuan-tujuan pendidikan menjadi tujuan-tujuan yang lebih operasional, memilih dan menyusun urutan bahan pelajaran, memilih strategi pembelajaran beserta alat evaluasi yang harus digunakan, serta menyusun pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru.
c) Hasil kerja dari tim atau panitia kerja ini selanjutnya diserhakan kepada panitia diatasnya, yaitu panitia pengarah / perumus bahkan pihak pejabat bisa membentuk panitia penilai khusus untuk mempertimbangkan dan menilai hasil kerja tim. Setelah selesai maka akan diujicoba terlebih dahulu dan ini bisa jadi masukan bagi perbaikan-perbaikan dan revisi-revisi tertentu.
d) Penyebarluasan dan penerapan kurikulum disekolah-sekolah dengan memakai kebijakan dari pihak berwenang, agar kurikulum bisa digunakan.

2) Model Grass Root
Model kebalikan dari administrative. Inisiatif dan kegiatan pengembangan kurukulum datang dari guru, baik pada level ruang kelas maupun pada level sekolah. Inisiatif ini muncul biasanya dikarenakan oleh keresahan atau ketidak puasan guru terhadap kurikulum yang berjalan, selanjutnya para guru berupaya mengadakan inovasi terhadap kurikulum yang sedang berjalan. Dalam model pengembangan kurikulum ini, peran administrator tidak dominan. Administrator lebih menonjol sebagai motivator dan fasilitator. Jika memang pada administrator setuju dengan gerakan para guru. Namun jika upaya pembaharuan para guru itu tidak disetujui maka administrator bisa menjadi penghalang upaya inovasi guru.
Model grass root ini hanya mungkin dilaksanakan di Negara yang menerapkan system desentralilassi pendidikan secara murni. Sertga adanya kemampuan serta komitmen guru yang baik terhadap pendidikan.

3) Model Demonstrasi
Model ini pada dasarnya datang dari bawah (grass root), semula merupakan satu upaya kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunakan dalam skala yang lebih luas. Dalam model ini guru mengadakan penelitian untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu kurikulum hasil ini bisa digunakan pada sekolah lebih luas. Pengembangan model ini diprakarsai oleh Departemen Pendidikan dilaksanakan oleh kelompok guru dalam rangka inovasi dan perbaikan suatu kurikulum.
Ada beberapa kebaikan dalam menggunakan model ini, 1) kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah, 2) perubahan kurikulum dalam sekala kecil atau pada aspek yang lebih khususnya kemungkinan kecil akan ditolak ileh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahan kurikum yang sangat luas dan komlpeks, 3) hakekat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lanpangan, 4) model ini akan menggerakan inisiatif, kreativitas guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.
c. Model Beaucahamp
1) Menetapkan arena atau wilayah dimana kurikulum diperuntukan.
2) Menetapkan orang – orang yang akan terlibat dalam pengembangan kurikulum
3) Menetapkan prosedur yang akan ditempuh.
4) Implementasi kurikulum, untuk susksesnya kurikulum perlu adanya dukungan sumber daya yang memadai, diantaranya pemahaman guru, sara dan prasarana, anggaran keuangan yang memadai, manajemen sekolah.
5) Evaluasi kurikulum
a) Evaluasi pelaksanaan kurukulum oleh guru di sekolah
b) Evaluasi terhadap desain kurikulum
c) Evaluasi keberhasilan anak didik
d) Evaluasi system rekayasa kurikulum


d. Model Taba’s (inverted model)
Teori ini memusatkan pada guru, bahwa guru merupakan factor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. Menurut Taba guru harus aktif penuh dalam pengembangan kurikulum. Dalam model ini guru memposisikan sebagai innovator dalam penembangan model kurikulum. Langkah – langkah untuk mengembangkan model ini adalah:
1) Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru
Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan (1) perencanaan pada teori – teori yang kuat, (2) eksperimeen harus dijadikan di dalam kelas dengan menghasilkan data yang empiric dan teruji. Unit eksperimen ini harus dirancang melalui tahapan sebagai berikut :
a) Mendiagnosis kebutuhan
b) Merumusakan tujuan tujuan khusus
c) Memilih isi
d) Menggorganisasi ini
e) Memilih pengalaman belajar
f) Menggorganisasi pegalaman belajar
g) Mengevaluasi
h) Melihat sekuens dan keseimbangan (Taba, 1962 : 347)
2) Menguji unit eksperimen
3) Mengadakan revisi
4) Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing a framework)
Dalam langkah ini ada beberapa pertanyaan yang di hadapi 1) apakah lingkup ini telah memadai, 2) apakah isi ini telah tersusun secara logis, 3) apakah pembelajaran telah memberikan peluan terhadap pengembangan intelektual, keterampilan, dan sikap, 4) dan apakah konsep sudah terakomodasi
5) Implementasi dan Desiminasi
Dalam langkah ini penyebarluasan ketiap daerah-raerah dan sekolah dan dilakukan pendataan tentang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan persiapan di lapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum.
e. Model Miller Seller
1. Klarifikasi orientasi Kurikulum
Langkah pertama in iada perbedaan dengan kodel sembelumnya. Model ini mengorintasikan pandangan filosofis dan sosialnya. Orientasi ini mereflesikan pandangan filosofis, psikologis dan sosiologis terhadap kurikulum yangseharusnya dikembangkan. Klarifikasi orientasi kurikulum berdasrkan pada transimis, transaksi dan transformasi.
2. Pengembangan Tujuan
Setelah melakukan klarifikasi orientasi kurikulum langkah berikutnya adalah mengembangkan tujuan-tujuan dan mengembangkan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum dalam konteks adalah merefleksikan pandangan orang (lime age person) danpandangan (image) kemasyarakatan. Tujuan pemgembangan merupakan tujuan yang maish relative umum. Olehkarena itu, perlu dikembangkan tujuan – tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.
3. Identifikas Model Mengajar
Identifikas model mengajar (strategi mengajar) harus sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum, pada tahap ini pelaksana kurikulum harus mengidentifikasikan strategi megajar yang digunakan yang sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Ada beberapa criteria yang harus perhatikan :
a) Disesuaikan berdasarkan seluruh tujuan umum maupun tujuan khusus
b) Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa
c) Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara utuh, sudah dilatih dan mendukung model’
d) Tersedia sumber- sumber yang esensial dalam pengembangan model
4. Implementasi
Langkah ini merupakan langkah penerapan kurikulum pada langkah – langkah sebelumnya. Implementasi sebaiknya harus dilaksanakan berdasrkan komponen-komponen program studi, identifikasi sumber, peranan,pengembangan professional, penetapan waktu, komunikasi dan system monitoring. Langkah ini merupakanlangkah akhir dari pengembangan kurikulum.

C. Sintesis Model-Model Pengembangan
Dari uraian tentang berbagai model pengembangan kurikulum diatas bias di tarik beberapa hal mendasar dari model pengembangan kurikulum tersebut, yaitu bahwasannya:
Pertama, dalam pengembangan kurikulum itu adalah langkah sistematis dalam pengambilan keputusan tentang komponen kurikulum yang terjalin sedemmikian rupa.
Kedua, dalam pengembangan kurikulum setidaknya ada dua pendekatan yang bias digunakan yaitu pendekatan administrasi demana inisiatif dan pelaksanaan pengembangan kurikulum dilakukan oleh para pejabat pendidikan; dan pendekatan grassroot yaitu inisiatif dan pelaksanaan pengembangan kurikulum dilakukan oleh para pelaksana kurikulum dilpapangan.
Ketiga, dalam tataran praktek mungkin suatu model diterapkan secara tegas sebagaimana yang ada dalam model tersebut, tapi mungkin pula model diterapkan setelah dimodifikasi, disesuaikan dengan situasi dnakondisi yang ada.

D. Organisasi Kurikulum
Kurikulum lebih luas dari pada sekedar rencana pelajaran, tetapi melitputi segala pengalaman atau proses belajar siswa yang direncanakan dan dilaksanakan di bawah bimbingan lembaga pendidikan.
Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum ynag tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup (scope) urutan bahan (sequence), kotinutas, keseimbangan, dan keterpaduan (intergrated). Ruang lingkup (scope) dan urutan bahan pelajran merupakan salah satu factor harus dipertimbangkan dalam satu kurikulum.
Ada dua aspek yang harus selalu diperhatikan dalam keseimbangan pada organisasi kurikulum
1) Keseimbangan terhadap subtansi bahan atau isi kurikulum
2) Keseimbangan yang berkaitan dengan cara atau proses belajar.
Keseimbangan subtansi isi kurikulum harus diliihat secara komprehensip untuk kepentingan siswa sebagai individu, tuntutan masyarakat maupun kepentingan pengembangan seni – apresiasi dan kinestetik, semuanya harus terakomodasi dalam isi pertimbangan dalam organisasi kurikulum secara umum ada 2 model organisasi
a. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject Curriculum)
1. Mata Pelajaran Terpisah
Bentuk kurikulum ini sudah lama digunakan dalam dunia pendidikan kita, karena bentuk kurikulum ini memilikui karakteristik yang sangat sederhana dan mudah dilaksanakan. Tetapi tidak selamanya yang dianggap mudah dan sederhana tersebut akan mendukung terhadap efektivitas dan efesiensi pendidikan yang sesuai dengan perkembangan social. Mata pelajaran yang terpisah – pisah (separated subject curriculum) bertujuan agar generasi muda menganal hasil-hasil kebudayaan dan pengatahuan umat manusia yang telah dikumpulkan secara berabad – abad agar mereka tak perlu mencari buku dan menemukan kembali dengan ap ayang telah diperoleh dari generasi terdahulu (S. Nasution, 1986)
Secara fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan dankelebihan, kekurangan pola mata pelajaran yang terpisah – pisah (separated subject curriculum) yaitu :
a) Bahan pelajaran yang diberikan atau dipelajari secara terpisah – pisah yang menggambarkan tidak ada hubungan antara materi satu dengan yang lainnya
b) Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak bersifat actual
c) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru sedangkan siswa cenderung pasif.
d) Bahan pelajaran tidak berdasrkan pada aspek permasalahan social yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat
e) Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang akan datang
f) Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memperhatikan bakat, minat, dan kebutuhan siswa
Sedangkan kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah – pisah adalah :
a) BAhan pelajaran disusun secara sistematis, logis sederhana dan mudah dipelajari
b) Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai –nilai dan budaya terdahulu
c) Kurikulum ini mudah diubah dna dikembangkan
d) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk didesain mudah untuk diperluas dan dipersempipt sehingga mudah disesuailan dengan waktu yang ada
2. Mata Pelajaran Gabubngan (Corelated Curriculum)
Kurikulum bentuk ini sudah lama digunakan dalam pendidikan kita. Korelasi kurikulum atau sering disebut broad field pada hakekatnya adalah penyatuan beberapa mata pelajaran yang sejenis, seperti IPA (didalamnya tergantung ada fisika, biologi dan kimia) dan IPS. Kurikulum ini merupakan bentuk dari penggabungan rai metode terpisah – pisah.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pola kurikulum ini. Kekurangannya adalah :
a) Bahan pelajarannya yang diberikan kurang sistematis serta kurang begitu mendalam
b) Kurikulum ini kurang mengunakan bahan pelajaran yang actual yang langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.
c) Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat dan kebutuhan siswa
d) Apabila prinsip penggabungan belum dipahami kemungkinan bahan pelajaran yang disampaikan masih terlambat.
b. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)
Kurikulum ini cenderung lebih memandang bahwa dalam suatu pokok bahawan harus terpadu secara menyeluruh, keterangan ini dapat dicapai melalui pemusatan pelakajaran pada satu masalah tertentu dengan alternative pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan, sehingga pada siswa untuk belajar secara kelompok maupun secara individu, lebih memberdayakan masyarakat sebagai sumber belajar, memungkinkan pembelajaran besifat individu terpenuhi.
Ada beberapa kekurangan maupun kelebihannya dalam kurikulum ini.
a) ditinjau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform, maka kurikulum ini akan banyak menimbulkan keberatan
b) kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan sistematis
c) memerlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan siswa maupun kelompok
d) guru belum memiliki kemampuan untuk menerapakan kurikulum berikut ini
e) masyarakat, orang tua dan siswa belum terbiasa dengan kurikulum ini
Sedangkan kelebihan dalam kurikulum ini adalah :
a) Mempelajari pelajaran melakui pemebacahan masalah dengan cara memadukan beberapa mata pelajaran secara menyeluruh dalam menyeleisakan topic atau permasalahan
b) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimilikinya secara individu
c) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan permasalah secara komperhensip dan dapat mengembangankan belajar secara bekerjasama
d) Mempraktekan nilai – nilai demokrasi dalam pembelajaran
e) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara maksimal
f) Memberikan kepada siswa untuk belajar berdasrkan pada pengalaman langsung
g) Dapat membantu meningkatkan hubungan antara sekolah dengan masyarakat
h) Dapat menghilangkan batas – batas yang terdapat dalam pola kurikulum yang lain.
Adapun kekurangan dalam jenis kurikulum ini adalah :
a) kurikulum dibuat oleh guru dan siswa sehingga memerlukan kesiapan dan kemampuan guru secarakhusus dalampengembangan kurikulum seperti ini.
b) Bahan pelajaran tidak disusun secara logis dan sitematis
c) Bahan pelajaran tidak bersifat sederhana
d) Dapat memungkinkan kemampuan yang dicapai siswa akan berbeda secara mencolok
e) Kemungkinan akan memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang banyak itu perlu adanya pengorganisasian yang lebih optimal dapat mengurangi kekurangan – kekurangan tersebut.

1) Kurikulum Inti (Core Curriculum)
Kurikukum inti merupakan kurikulum terpadu. Beberapa karakteristik yang dapat dikaji dalamkurikulum ini adalah
a. kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue) selalu berkaitan dan direncanakan secara terus menerus
b. isi kurikulum dikembangkan merrupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan
c. isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah maupun problema yang dihadapi secara actual
d. isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat subtansi yang bersifat pribadi maupun social
e. isi kurikulum ini lebih difokuskan berlaku untuk semua siswa sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum tetapi subtansinya bersifat problema, pribadi, social dan pengalaman yang terpadu
2) Social function dan Persistent Situation
Merupakan bagian dari kurikulum terpadu, kurikulum ini didasarkan atas analisis kegiatan – kegiatan manusia dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat di antaranya :
a. memelihara dan menjaga keamanan masyarakat
b. perlindungan dan pelestarian hidup, kekayaan dan sumber alam
c. komunikasi dan transportasi
d. kegiatan rekreasi
e. produksi dan distribusi barang dan jasa
f. ekspresi rasa keindahan
g. kegiatan pendidikan
h. integrasi kepribadian
i. konsumsi benda dan jasa
Dalam social function ini dapat diangkat berbagai kegiatan – kegiatan manusia yang dapat dijadikan sebagai topik pembelajaran. Kegiatan – kegiatan manusia di masyarakat setiap saat akan berubah sesuai dengan perkembangan maupun era globalisasi, sehingga subtansi social function pun harus bersifat dinamis.
Secara umum ada 3 kelompok situasi yang akan dihadapi.
1. situasi – situasi mengenai perkembangan individu manusia diantaranya :
a) Kesehatan. Manusia perlu memenuhi kebuthhan fisiologis, emosional sosial sampai pada pencegahan penyakit
b) Intelektual. Manusia memerlukan kemapuan mengemukakan pendapat, memahami pikiran orang lain, berhitung, bekerja yang efektif
c) Moral. Kebebasan individu, tanggung jawab atas diri dan orang lain
d) Keindahan. Mencari sumbernya pada diri sendiri maupun dalamlingkungan
2. Situasi untuk perkembangan partisipasi sosial
a) hubungan antar pribadi. Mengusahan hubungan sosial dan hubungan kerja yang baik dengan orang lain
b) keanggotaan antar kelompok. Kerjasama dengankelompok rasional, agama dan nasional
c) hubungan antar kelompok. Kerja sama dengan kelompok rasional, agama dan nasional, kelompok sosio – ekonomi.
3. situasi – situasi untuk perkembangan menghadapi faktor-faktor ekonomi dan daya lingkungan
a) bersifat alamiah. Gelajala fisik tanaman, binatang, serangga, daya fisik dankimiawi
b) sumber teknologi. Penggunaan serta pengembangan teknologi
c) struktur dandaya sosial ekonomi. Mencari nafkah, memperoleh barang – barang jasa mengusahakan kesejahteraan sosial, mempengaruhi pendapat umum, partisifasi dalam pemerintahan lokal maupun nasional (S. Nasution)

E. Experience atau Activity Curriculum
Sering disebut juga dengan activity curriculum, curriculum ini cenderung mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman siswa dalam rangka membentuk kemapuan yang terintegrasi dengan lingkungan maupun dengan potensi siswa. Pada kurikulum ini intinya yaitu siswa berbuat dan melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya vokasional tetapi tidak meniadakan aspek intelektual atau akademik yang berkaitan dengan aspek keterampilan atau kejuruan tersebut.
Ada 4 tipe pembelajaran proyek yang dapat dikembangkan dalam ctivity curriculum di anaranya :
1) Construction on creative project. Pembelajaran ini bertujuan untuk mengenmbangkan ide – ide ata merealisasikan suatu ide dalam satu bentuk tertentu misalnya ; membuat payung, membuat tas dengan metode tertentu, membuat gagasan dan lain – lain.
2) Appreciation on enjoyment project. Pembelajaran ini bertujuan menikmati pengalaman – pengalaman dalam bentuk apresiasi estetis (estetika), misalnya menyaksikan permainan drama, mendengarkan musik, menghayati gambar hasil seni, mendengarkan cerita, atau membuat karangan.
3) The problem project. Pembelajaran ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang bersifat intelektual tetapi pada subtansi yang ada keterampilannya (vokasional), misalnhya bagaimana penanggulangan penyebaran flu burung? Permasalahan tersebut memerlukan jawaban yang bersifat intelektual, tetapi tidak menutup kemungkinan dibahas tentang bagaimana cara membersihkan kandang unggas dan sebagainya
4) The drill or specific project. Pembelajaran ini bertujuan untuk memperoleh beberapa itrem atau tingkat keterampilan, misalnya bagaimana mengoperasikan kamera digital, bagaimana cara menulis makalah yang benar, dan sebagainnya.
Ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh dalam pembelajaran ini, diataranya :
1) Siswa akan berpartisipasi sepenuhnya dalam situasi belajar, karena siswa akan mengalami dan melakukan ecara langsung bebagai kegiatan yang telah direncanakan
2) Pembelajaran ini akan menerapkan berbagai prinsip-prinsip belajar yang mengoptimalkan kemampuan siswa dalam pembelajaran
3) Mengandung aspek estetika, intelektial, vocational dan kreatifitas siswa.