Jumat, 28 November 2008

PENGEMBANGAN ORGANISASI DAN SUBSISTEMNYA PADA PROSES PRODUKSI


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu pengaturan orang-orang yang sengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa pengaturan tersebut sudah kita ketahui terjadi di banyak bidang. Misal pada instansi sekolah, pemerintahan, kampus, bank. Semua dapat kita jumpai sehari-hari.
Terdapat empat karakteristik utama dari sebuah organisasi, yaitu: tujuan, kumpulan orang, struktur, sistem dan prosedur.
1.1.1. Tujuan
Setiap organisasi harus memiliki tujuan. Tujuan dicerminkan oleh sasaran-sasaran yang dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiga bidang utama dalam tujuan organisasi yaitu profitability (keuntungan), growth (pertumbuhan), dan survive (bertahan hidup). Ketiganya harus berjalan berkesinambungan demi kemajuan organisasi.
1.1.2. Kumpulan Orang
Jelas, tidak mungkin jika organisasi hanya terdiri dari satu orang yang ingin mencapai tujuannya sendiri. Dari definisi dijelaskan bahwa organisasi setidaknya terdiri dari kumpulan orang, berarti minimal dua, yang memiliki tujuan bersama.
1.1.3. Struktur
Struktur dibentuk dalam sebuah organisasi dengan tujuan agar posisi setiap anggota organisasi dapat dipertanggungjawabkan, mengenai hak maupun kewajibannya. Struktur dibentuk agar organisasi berjalan rapi, karena terdapat struktur komando, siapa yang berwenang dan siapa yang diberi wewenang.
1.1.4. Sistem dan Prosedur
Karakteristik yang terakhir ini menggambarkan bahwa sebuah organisasi diatur berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan bersama dan tentu saja harus dengan penuh komitmen dalam menjalankannya. Implementasi dari sistem dan prosedur ini ialah adanya ketetapan mengenai tata cara, sistem rekrut, dan birokrasi.

1.2 Rumusan Masalah
Dari sisi manajemen organisasi adalah sebuah sistem lain atau suatu sarana yang menerima input manajemen berupa tujuan-tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dan outputnya diharapkan berupa realisasi yang sesuai dengan rencana tersebut .Dalam sistem organisasi maka yang jadi tujuan adalah bagaimana agar tercipta kerjasama diantara personil yang terkait dalam struktur organisasi itu.
Makalah ini mengkaji sistem organisasi sebagai sebuah sistem produksi serta sebagai sebuah system yang terbuka, dalam artian ia berinteraksi dengan lingkungan, menarik input tertentu dari lingkungan dan merubahnya menjadi output. Sebagai sebuah system terbuka, organisasi dipengaruhi oleh empat subsistem utama, yakni,
 system eknomi
 system teknologi
 system social budaya
 system hukum & politik
Makalah ini juga mengkaji empat subsistem organisasi (visi, kultur, struktur dan strategi) sebagai bagian yang berdiri sendiri. Diharapkan wawasan penulis dan pembaca bisa bertambah dalam memahami organisasi dan empat subsistemnya.

1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menjaga agar pembahasan tidak terlalu luad, maka penulis membatasi masalah yang akan disajikan, yaitu:
1.4.1. Sistem Organisasi Sebagai Sebuah Proses Produksi
1.4.2. Organisasi Sebagai Subuah System yang Terbuka
1.4.3. Empat Subsistem Organisasi


1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini, tiada lain untuk menambah pengetahuan dalam bidang remaja, juga untuk memenuhi tugas dalam Program Pengembangan Kaderisasai Mahasiswa.

1.5 Sistematika Penulisan
1. Halaman sampul luar
2. Lembar Pengesahan
3. Kata Pengantar
4. Daftar isi
5. BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Pembatasan Masalah
1.4. Tujuan Penulisan
1.5. Sistematika Penulisan
6. BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Sistem Organisasi Sebagai Sebuah Proses Produksi
2.2. Organisasi Sebagai Subuah System yang Terbuka
2.3. Empat Subsistem Organisasi
7. BAB 3 PENUTUP
3.1.1. Kesimpulan
3.1.2. Saran
8. Daftar Pustaka







BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Organisasi Sebagai Sebuah Proses Produksi
Dr. Thomas Nolan, of Associates in Process Improvements, menyatakan bahwa organisasi memilki sistem yang sama seperti sebuah proses produksi. Yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang saling terkait, barang, proses, produk, dan pelayanan yang memiliki tujuan sama. Sistem tersebut bisa diilustrasikan sebagai berikut :

























Untuk memahami organisasi sebagai sebuah sistem produski kita harus mempertimbangkan :
• bagaimana kita membuat yang kita buat
• mengapa kita membuat yang kita buat
• bagaimana kita meningkatkan yang kita buat
ini juga bisa digambarkan sebagai :


Dengan menjabarkan sistem seperti ini, kita bisa mengaitkan tujuan produksi dengan tujuan organisasi untuk terus berkembang. “tujuan” maksudnya adalah hubungan atas kebutuhan dari masyarakat. Tujuan ini juga mempertimbangkan masalah lingkungan yang bisa berpengaruh terhadap masa depan organisasi.

2.2. Organisasi Sebagai Sebuah Sistem Terbuka
Organisasi merupakan sebuah sistem produktif. Ia berinteraksi dengan lingkungan, menarik input tertentu dari lingkungan dan merubahnya menjadi output yang ditawarkan pada lingkungan. Pencapaian tujuan bergantung pada efisiensi prosesnya.
Untuk menganalisa sebuah sistem, penting untuk menetapkan hubungan antara sistem dan lingkungan. Lingkungan organisasi merupakan sistem yang memiliki tujuan tinggi, disusun oleh empat subsistem utama dari lingkungan, yakni :

 sistem eknomi
 sistem teknologi
 sistem sosial budaya
 sistem hukum & politik

ini digambarkan sebagai berikut :


Untuk menganalisa organisasi sebagai sebuah sistem terbuka, perlu untuk :
• Menetapkan hubungan antara organiasi dan lingkungan pada sistem eksternalnya
• Menetapkan hubungan antara organisasi dan lingkungan, penting bagi kita untuk mempelajari setidaknya faktor utama yang mempengaruhi empat subsistem lingkungan tersebut.

2.3. Empat Subsistem Organisasi

2.3.1. Kultur Organisasi
Dinamika perilaku orang berdasarkan kompetensi yang dimiliki, kreativitas dan inovasi dalam organisasi tidak akan terbentuk tanpa dukungan kultur yang memungkinkan hal itu terjadi. Tetapi kultur juga terbentuk dari pandangan hidup seseorang atau kelompok dalam perusahaan. Dalam bisnis, kultur korporat adalah the way of life dari organisasi yang terbentuk melalui proses regenerasi karyawan (manajerial dan non-manajerial) dan proses transformasi nilai-nilai dari kepemimpinan. Kultur menyangkut; siapa kita, apa keyakinan kita, apa yang kita lakukan dan bagaimana itu dilakukan.
Masalahnya, kultur dalam organisasi yang terbentuk melalui proses transformasi dan regenerasi itu, bisa mendorong orang untuk berprestasi, tetapi bisa pula membuat orang tidak mampu melakukan inovasi dan perubahan. Kultur seharusnya menciptakan lingkungan kerja yang membuat orang termotivasi, tertantang atau antusias dalam bekerja. Titik tumpu pembentukan kultur adalah nilai-nilai yang mempengaruhi mindset orang. Shared mindset adalah kultur.
Ini berarti, guna membangun kultur yang lebih bisa menciptakan ruang gerak yang lebih dinamis dan inovatif, perubahan harus dimulai dari mindset orang. Cramer mengemukakan ada tiga elemen yang perlu diubah jika kultur baru akan dibangun:
1. Asumsi (Assumption)
2. Sikap (attitude)
3. Cara pandang (the way to observe)
Kita harus berani meninggalkan asumsi-asumsi lama, sikap-sikap lama dan cara melihat atau cara pandang lama yang tidak mendorong munculnya inovasi atau perubahan. Itu semua tergantung kualitas proses pembelajaran dalam organisasi.
Dalam kaitan dengan kultur berbasis kompetensi, ada tiga dasar kompetensi (competency cornerstone) yang perlu dibangun guna mendukung keberhasilan organisasi yaitu (Michael Zwell, 2000):
1. Kompetensi leadership
2. Kompetensi employees
3. Kultur organisasi yang mampu memaksimumkan kompetensi
Interaksi berbagai kompetensi yang dimiliki oleh leader atau manajer dengan kompetensi yang dimiliki oleh bawahan, dalam kultur organisasi yang memungkinkan kompetensi berkembang, akan membuka peluang lebih besar keberhasilan organisasi mewujudkan visi, misi dan tujuannya.
Ada lima katagori kompetensi yang harus dimiliki oleh leader dan bawahan menurut Zwell:
1. Task achievement (kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan keberhasilan menjalankan tugas jabatan)
2. Relationship (Kompetensi-kompetensi yang berhubungan dengan proses komunikasi, kerjasama dan pemuasan kebutuhan orang)
3. Personal attributes (Kompetensi-kompetensi intrinsic individual yang berkaitan dengan bagaimana orang berfikir, perasaan, pembelajaran dan pengembangan)
4. Managerial (Kompetensi-kompetensi yang spesifik terkait dengan pengelolaan, supervisi dan pengembangan orang)
5. Kepemimpinan (kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan orang untuk menggerakkan orang lain kearah visi, misi dan tujuan organisasi.
Bagaimana kultur yang dapat mendorong tumbuhnya interaksi yang sinergistik antara kepemimpinan dan employee, tergantung pada visi individu dan visi organisasi.
Peran Strategis Leader Dalam Kultur Inovatif
Setiap leader dalam organisasi harus mampu menjadi penggerak (driver) bagi organisasi yang dipimpin. Penggerak untuk menuju ke pencapaian target dan tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Pemimpin organisasi harus mampu mengoptimalkan penggunaan semua resources dalam organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, leader dalam perusahaan atau organisasi lainnya (seperti organisasi pemerintahan), harus mampu juga berperan sebagai manager.
Banyak leader yang gagal menggerakkan organisasi kearah visi yang telah dirumuskan, gagal mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan. Mengapa mereka gagal? Bermacam-macam penyebabnya. Salah satunya adalah, mereka tidak mampu mengajak, mengarahkan, menggerakkan orang-orang dalam organisasi untuk bekerja secara giat (work harder), dan bekerja dengan prestasi yang sempurna (work smarter).
Mengapa mereka tidak mampu sebagai driver bagi organisasi yang dipimpinnya? Jawabannya juga bermacam-macam. Tetapi satu hal yang seringkali terjadi, sebagian dari mereka yang menjadi pemimpin atau manajer perusahaan, umumnya kurang menyadari peran strategisnya dalam organisasi sehingga tanpa disadari mereka bukan menjadi penggerak melainkan justeru menjadi sumber konflik didalam organisasi. Mereka bukan sebagai perubah atau innovator bagi organisasi tetapi justeru menjadi penghambat proses perubahan. Mereka tidak berperan sebagai organizer melainkan secara tidak disadari, bertindak sebagai destroyer (perusak sistem, perusak team work) dalam organisasi.
Dalam era teknologi digital sekarang ini, kepemimpinan bisnis yang berhasil adalah manajer dengan kepemimpinan yang kreatif menggapai tujuan kedepan, responsive terhadap tantangan yang muncul, dan dengan kepemimpinan seperti itu, mampu mengerakkan semua SDM organisasi sebagai satu kesatuan team yang solid. Organisasi pembelajar memerlukan kepemimpinan yang visioner. Ciri kepemimpinan visioner adalah:
1. Dalam dimensi eksternal ia bertindak tidak hanya sebagai sebagai juru bicara organisasi tetapi juga sebagai penentu arah bagi organisasi.
2. Dalam dimensi internal, ia mampu bertindak tidak hanya sebagai pelatih bagi bawahan tetapi juga sebagai agen perubahan.
Kepemimpinan dalam organisasi bisnis dan atau pemerintahan, akan semakin terfokus pada kepemimpinan team (shared leadership) dan bukan lagi mengandalkan kepemimpinan individual.
Kepemimpinan visioner selalu berorientasi ke-pencapaian tujuan jangka panjang sesuai dengan visi organisasi. Menggapai masa depan organisasi tidak mudah. Banyak tantangan, banyak kendala dan resiko gagal selalu ada. Resistensi internal terhadap perubahan yang diharapkan kadangkala cukup tinggi. Lalu bagaimana manajer mengelola organisasi yang dipimpin? Dalam kompetisi pasar yang semakin ketat, tuntutan customer terhadap kualitas produk dan pelayanan semakin tinggi, kita tidak bisa lagi mempertahan gaya manajerial yang statis. Kita sebagai pemimpinan dan sekaligus juga sebagai manajer, harus mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang disebut oleh Joiner sebagai management by rapid learning atau atau management by continuous learning(MCL).
Penerapan MCL kedalam sistem manajemen organisasi memerlukan konsistensi keputusan manajerial yang membuka peluang bagi tumbuhnya kultur kerja yang berbasis kompetensi sebagaimana dikemukakan terdahulu. Belajar dari perkembangan industri di Jepang pada masa mereka juga mengadopsi input dari industri-industri di AS dua dekade lalu. Sukses perkembangan industri di Jepang, mereka melakukan pembelajaran dengan cepat dan baik. Mereka membangun organisasi pembelajar. Di masa itu, birokrasi-birokrasi perusahaan-perusahaan di AS, sangat resisten terhadap pembelajaran. Mereka bukan organisasi pembelajar. Mereka tidak belajar dari kesalahan yang dilakukan dan tidak belajar satu sama lain (Yerry Yoran and Main, 1998).
Belajar dari apa yang dikemukakan Yerry dan Main tersebut, pada hakekekatnya, walaupun individu melakukan pembelajaran secara intensif, jika tidak didukung oleh upaya membangun kultur organisasi pembelajar, efek atau korelasi hasil pembelajaran individu, bisa tidak signifikan hubungannya dengan peningkatan kompetensi dan motivasi, karena hasil pembelajaran individu, kurang direspon oleh organisasi sebagaimana terjadi di AS. Kecepatan merespon perubahan baik yang timbul karena proses pembelajaran internal maupun yang timbul dari pembelajaran eksternal sangat penting bagi perkembangan perusahaan.

2.3.2. Visi Organisasi
Visi memiliki kekuatan sebagai penggerak perubahan. Visi akan mempengaruhi tindakan manajerial dan operasional orang-orang dalam organisasi. Oleh karena itu visi haruslah realistis (dapat diwujudkan) dan praktis (tidak bersifat utopian). Perubahan adalah proses yang menjembatani antara kondisi sekarang (current position) dan posisi yang diharapkan yang akan datang (visi). Oleh sebab itu visi berfungsi pula sebagai penggerak sentral perubahan, sumber aspirasi dan sumber motivasi bagi semua orang dalam organisasi.
Setiap organisasi memiliki tujuan yang mengekspresikan alasan dari keberadaan organisasi tersebut. Visi terletak pada tingkatan berbeda dari identitas organisasi. Visi bisa dibuat pada tingkatan berbeda dari organisasi. Bisa dari tingkatan CEO kemudian dipublikasikan dalam koran / buletin organisasi atau juga melalui metode lanilla. Pesan pada staff bisa : “itu merupakan gambaran masa depan organisasi, dan kami menginginkan anda untuk ambil bagian”. Atau bisa juga visi itu dibangun dalam proses yang melibatkan setiap anggota staff, dari supir hingga atasan. Bisa juga managemen berkonsultasi dengan anggota organisasi sebelum menciptakan visi. Tidak ada cara yang benar atau salah. Hanya ada cara yang tepat dan kurang tepat.

Langkah untuk mempromosikan visi organisasi :
1. Mendidik staff mengenai visi dan mengapa visi ini penting
2. Mengembangkan prosess yang melibatkan semua staff dalam menciptakan visi
3. Bertanya pertanyaan spesifik berupa masukan dari berbagai kelompok berbeda dalam organisasi
4. Mengadakan sesi rencana atau retreat untuk mengumpulkan informasi dan membentuk pernyataan visi
5. Pemimpin seharusnya membagi informasi, memimpin proses, dan membentuk pernyataan visi
6. Men-draft pernyataan visi
7. Mengkomunikasikan dan menguatkan visi pada staff
2.3.3. Struktur Organisasi

Setiap organisasi, industrial atau bukan memiliki struktur dan budaya. Struktur ini mencerminkan mekanisme dari kekuatan atau kendali yang mengalir dalam organisasi. Sedangkan budaya organisasi menentukan bagaimana kekuatan atau kendali tersebut digunakan. Struktur organisasi saat ini umumnya terbagi dalam [Halal/Collins, 1994, pp. 358-359]:

a. HIERARCHY
Bentuk ini awalnya digunakan oleh bangsa Mesir dan Romawi kuno. Ini mungkin merupakan bentuk organisasi dasar paling sederhana yang pernah diketahui manusia. Kekuatan terletak palinga atas, serta kendali mengalir dari atas ke bawah. Umumnya bentuk ini ada pada komando militer, dimana prajurit melaksanakan perintah atasannya.




b. INTRAPRISE
Pada bentuk ini setiap divisi dalam organisasi terpisah dari organisasi dalam bentuk perusahaan dengan management mandiri. Intraprise berjuang untuk memperoleh keuntungan dengan marketing barang dan jasa untuk pasar. AT&T merupakan perusahaan yang menerapkan bentuk struktur ini.

c. MATRIX
Bentuk ini merupakan struktur dimana karyawan di-hired oleh departemen karena fungsi, keterampilan atau proyek antar departemen. Struktur ini dirintis dalam industri aerospace.

d. MULTIDIVISIONAL (M-Form)
Organisasi yang besar dipecah menjadi divisi yang lebih kecil. Setiap divisi memiliki focus spesifik dan manager. Pusat keuntungan adalah divisi yang paling banyak menghasilkan untung / profit. Pusat biaya adalah divisi yang menyediakan layanan untuk divisi yang lain. Bentuk Federal menerapkan struktur ini, dengan delegasi kekuatan, seperti pemerintah federal USA. Struktur ini juga diterapkan pada industri otomotif, dan beberapa perusahaan terbesar.

e. NETWORK
Bentuk struktur ini dimulai di Jepang dengan rumah desain produksi seperti Sony dan West. Organisasi virtual merupakan bentuk terbaru dari struktur ini. Networks terbesar saat ini mungkin industri otomotif, dimana pabrikan menjaga strategi network yang besar dari supplier dan distributor. Setiap perusahaan memiliki aliansi dengan pesaing mereka.
Bentuk lain organisasi tentu saja organisasi belajar atau Learning Organization. Tidak seperti model struktur yang lain, LO bukanlah model struktur, namun merupakan model budaya. [Lumsdaine, 1995, p. 7] menyatakan area yang paling banyak dikembangkan adalah:
1. Tahu bagaimana belajar
2. Komunikasi
3. Adaptabilitas
4. Pengelolaan personal
5. Efektifitas kelompok
2.3.4. Strategi organisasi
Model strategi organisasi ini digambarkan dalam bentuk pyramid.

a. Tujuan
Tujuan organisasi harus merefleksikan strategi dalam berbagai kondisi. Tujuan menggambarkan ambisi dari perusahaan.

b. Perbedaan persaingan
Dalam persaingan pemasaran, keunggulan ditentukan oleh bagaimana bisnis kita menyediakan kebutuhan konsumen lebih baik daripada pesaing kita. Dalam kamus strategi, perusahaan yang unggul adalah yang dibedakan dari kompetitornya oleh konsumen dari satu atau banyak dimensi.

c. Strategi konsumen
Dalam pelayanan professional, keunggulan kompetitif bergantung pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, ini berujung pada pertanyaan “ siapa target konsumen kita?”

d. Strategi geografis
Ini menjawab pertanyaan : “jangkauan mana yang akan diperluas oleh perusahaan? Local atau nasional? Pada level apa kita dapat bersaing dalam pasar luas? Apa definisi global-dalam lima Negara? Bagaimana mencapai tujuan?

e. Proporsi nilai klien
Nilai personal elemen ini penting untuk pelayanan konsumen

f. Strategi bisnis
Penting untuk mengatehui di bidang mana perusahaan bergerak. Managemen harus membuat keputusan mengenai perluasan bisnis ataupun akusisi dengan perusahaan lain untuk meningkatkan strategi bisnis mereka

g. Strategi pelayanan
Saat klien membeli, penting untuk memberi perhatian. Apakah anda bertemu klien setiap hari atau setiap bulan? Apakah anda bertemu mereka di kantor mereka atau anda? Apakah staff anda memiliki pengalaman professional yang panjang? Pertanyaan ini berkenaan dengan struktur biaya, aspek sentral dari proporsi nilai klien.


h. Strategi harga
Bagaimana professional memberi harga pada layanan mereka merupakan masalah strategis. Ini membantu menjelaskan nilai klien, dan mendorong perekonomian perusahaan. Strategi harga melibatkan masalah : apakah anda menerapkan harga dasar? Bagaimana cara pembayaran anda? Apakah harga tersebut berbeda berdasarkan geografis, jaringan bisnis, atau segmen konsumen?

Kita ketahui bahwa semua yang dilakukan diatas penting untuk dilakukan, setiap organisasi memiliki visi dan misi yang berbeda begitu pula dalam dunia perindustrian, setiap persahaan memiliki literatur yang berbeda – beda.
Adapun profesionalisme dalam membangun organisasi dibutuhkan bagi setiap individu yang akan melaksanakan program kegiatan. Dalam proses penjualan barang misalnya, organisasi harus bisa memaparkan keunggulan dari barang tersebut.
Dalam membangun sebuah organisasi perusahaan yang bermutu dan berkembang pesat di butuhkan seorang pemimpin yang bersikap etis, arif dan bijaksana. Ini perlu dilakukan oleh setiap pemimpin.
Pemimpin identik pula dengan sebutan Khalifah yang berasal dari kata khalafa, yang berarti seseorang yang menggantikan orang lain sebagai penggantinya. Dalam sejarah, khalifah adalah sebutan bagi suatu pemerintahan pada masa tertentu, seperti khalifah Abu Bakar, khalifah Umar Bin lhotob, dan seterusnya untuk melaksanakan wewenang yangdiamanahkan kepada mereka. Dalam konteks ini, katakhalifah bisa mempunyai arti sekunder atau arti luas / bebas yaitu pemerintahan, atau institusi pemerintahan dalam sejarah islam. Kata khalifah analog pula dengan kata Imamah, lebih popular pemakainnya dalam berbagai literatur ulama fikih dari pada istilah imamah.
Berarti seorang pemimpin dalam bidang apapun itu harus bisa mengkontrol dan mmembuat perencanaan yang akan membawa sebuah system organisasai yang berjalan lancar.
Dalam organisasi membutuhkan seorang pemimpin, seperti halnya dalam proses produksi, seorang pemimpin ini akan melakukan apa saja demi kemajuan organisasi yang akan dia jalani.
Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap eksistansi suatu organisasi. Organisasi cenderung memainkan peran menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, entah itu demografi, ekonomi, politik, budaya, juga alam sekitar. Jadi, kemajuan organisasi harus selaras dengan perubahan lingkungan.

Beberapa manfaat organisasi yaitu:
1. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik.
2. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah, jika organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan generasi mudah yang tangguh dan ksatria.
3. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi.
4. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengn munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan.

BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sebuah perusahaan harus dalam meniti karir untuk kemajuan perusahaan tersebut perlu adanya struktur organisasi yang kuat, selain itu diperlukan pemimpin yang bertanggung jawab yang akan membawa perusahaan itu menjadi lebih maju.
Dalam melaksanakan tugas sebagai pemimpin dalam sebuah organisasi juga perlu dukungan dari para anggotanya sendiri. Kita lihat banyak yang gagal menjadi seorang leader karena kurangnya pengetahun dan pengalaman dalam berorganisasi.
Jadi prosedur dalam organisasi harus selalu di jalankan sesuai dengan aturan yang berlaku.

3.2. Saran
Oraganisasi adalah sekumpulan orang yang dalam melaksanakan tugasnya selalu bersama – sama, dalam berorganasasi hendaklah kita selaku manusia selalu ingat dengan apa yang jadi tujuan kita.
Seimbangkanlah antara kegiatan organisasi dengan tugas kita di dunia.